Diduga Oknum Sekdes Curug Barang Dan Oknum Ustad Memberikan Contoh yang tak Terpuji.

Pandeglang – CBB.COM.

Karena hal sepele anak di bawah umur menjadi korban. Padahal hanya karena kebiasaan tradisi saat datang bulan suci Ramadhan. Anak- anak dalam menyambut atau memeriahkan nya, menghidupkan mercon.

Oleh karena ulah anak-anak tersebut,dinilai oleh oknum Sekdes dan Ustad mengganggu ketertiban umum,sehingga terjadi penganiayaan.

Nandi, (18) Warga Desa Cimongkor Desa CurugBarang Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang Banten, yang masih duduk di bangku sekolah MA Alhikmah kls 3, mengatakan kepada awak media  ; ” Saya dan seorang teman saya, (E) yang masih berumur kurang lebih 13 tahun, malam Rabu tanggal 22/03/2023 pukul 22:01 wib,kami membunyikan petasan atau mercon cabe yang sebungkus harganya seribu rupiah, di area depan rumah salah satu warga setempat. Orang tersebut termasuk di tuakan karena dia adalah seorang Tokoh agama yang sering di panggil ustad.

Awal mula kejadian, oknum Ustad A, setelah mendengar suara petasan itu tiba-tiba, keluar dari rumahnya, sembari membawa sebilah golok dan mengatakan kepada kami berdua, ” Ternyata kalian yang menyalakan mercon iya ?, lalu ustad tersebut berteriak maling, maling maling, maling….., saya dan kawan saya ketakutan diteriaki”miling”. Karena kami di teriaki maling, akhirnya kami lari ucapnya A, nada memelas.

Salah satu warga yang tak mau di sebutkan namanya mengatakan kepada awak media ini ; waktu kejadian tersebut terjadi, saya masih di dalam masjid, ketika ada teriakan maling, maling, maling, sepontan saya dan rekan- rekan yang ada di masjid keluar dan ikut mengejar.  Ternyata di luar pun sudah ramai warga yang ikut mengejar. Lalu  bertanya kepada ustad memang siapa itu maling nya ?,  Ustad menjawab, si Nandi. Terus ditanya lagi, apa yang di maling?. Ustad tak menjawab. Namun selang beberapa saat kemudian ustad menjawab, si Nandi, membunyikan mercon di depan rumah saya.

Mendengar jawaban tersebut saya dan teman-teman, kembali ke mesjid. “Saya sangat menyayangkan kenapa hanya ge gara ngidupin mercon harus di teriakin maling, coba kalo sampai ketangkep massa, waduh gak tau bakal jadi apa” ucapnya warga.

Juenah, orangtua Nandi mengatakan, besoknya ada carik, L  dan ketua RT.
Kami musyawarah dan sepakat, bahwa anak kami mungkin salah, kami minta maaf dan kami sudah berdamai.   Nanti anak saya dan suami saya datang ke rumah pak ustad, mohon maaf.ucapnya.

AG ayah Nandi, menceritakan kepada awak media, sebelum saya mengantar anak saya ke rumah ustad, kawan anak saya sudah terlebih duhulu yang datang bersama orang tuanya dan banyak saksinya. Tetapi yang jadi saya kuwatirkan, ko di sana anak itu sempat di pukul oleh salah satu keluarga  ustad sampai anak itu nangis,tutur AG..

Masih AG selang diwaktu yang berbeda, saya mengantar anak saya, ada pak RT dan beberapa warga dan kawan anak saya. sesampai di sana anak saya di tanya, “Berapa kali membunyikan petasan”.  Mungkin karena rasa takut, anak saya bilang hanya sekali. Namun  pihak Ustad tidak terima. “Kami ada bukti, ucap keluarga Ustad,dan kami ada rekaman CCTV, kalo anak itu menghidupkan mercon sampai 3 kali. Setelahnya, As, keluarga dari ustad naik ke atas meja dan langsung turun meninju anak saya dan  di susul lagi  oleh ,An,  adik ipar dari, As.  lebih parahnya lagi  carik ,L, ikut memukuli anak saya bahkan dia yang paling banyak memukul.tandas AG.

“Saya sangat menyayangkan kejadian tersebut dan saya tidak terima, karena kami sudah musyawarah sepakat, anak saya tidak akan di apa-apakan. Tetapi setelah sampai di sana malah di pukuli. Oleh karena itu ,saya akan tempuh jalur hukum tegas, AG.

Hikmat, RT 01, angkat bicara” sangat saya sayangkan kejadian pemukulan yang di lakukan oleh Carik dan kerabatnya. Padahal sebelumnya sudah ada mediasi dan sudah berdamai. Tetapi kenapa sampai di sana malah anak tersebut di pukuli, yang dipukul itu kan masih anak-anak, ucap Hikmat.

Kejadian ini patut diduga sudah di rencanakan oleh oknum carik dan kerabatnya. Hal ini di perkuat dari bukti chat via WhatsApp yang ada di salah satu celkuler pemuda ber inisial Li .

Li, Salah  seorang tokoh pemuda, membenarkan bahwa, As menghubunginya lewat pesan WhatsApp, intinya bahwa Nandi harus datang, harus bertanggung jawab atas perbuatannya,atau apakah akan kita langsung laporkan ke kantor polisi, atau mau kita beri pelajaran dulu,berupa sanksi lembur,( Hukum Kampung,red). Soalnya dari bahasa tersebut sudah ada  indikasi niat akan melakukan  kekerasan. Mungkin karena pada saat di sana para pemuda tidak ada yang mau memukul mungkin mereka ambil tindakan sendiri atau main hakim sendiri pak ucap Li.

Selanjutnya AG, orangtua korban mengatakan “Saya sudah ke Polsek untuk buat Laporan Polisi tetapi kata petugas jaga, saya harus visum dulu anak saya, dan  salah satu Aparat Penegak Hukum(APH) setempat, juga bilang, kami akan melihat dulu Surat Perjanjian Damai yang di pegang oleh pihak Ustad, katanya.

Memang setelah anak saya di pukuli, saya di suruh tanda tangan surat. Mereka membacakan isinya kurang lebih begini, “Bila anak saya mengulangi lagi perbuatan tersebut, maka Masyarakat akan pasrah, akan di bawa ke jalur hukum, karena saya takut, saya tandatangi saja ucap AG, dengan nada bingung.

Patut diduga pihak carik dan keluarga,L, dan Ustad menyalahi aturan dan melakukan tindakan penganiayaan apa lagi anak-anak tersebut masih di bawah umur yang masih dalam perlindungan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).

Oleh karena itu,diminta Kepala Dinas DPMPD  tegas terhadap  oknum Sekdes tersebut, di duga memberikan contoh yang tidak baik,demikian halnya  pihak  Aparat Penegak Hukum tegas  karena patut di duga hal perbuatan  dan perencanaan tindak jejahatan oleh oknum Sekdes dan oknum Ustad.

Jangan sampai hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Karena saat ini masyarakat ingin melihat kinerja APH yang benar benar menjalan kan tugasnya membela masyarakat yang lemah.harap kedua orangtua Nandi.

Hingga berita ini di terbitkan pihak Sekdes belum bisa di konfirmasi untuk di mintai keterangannya.( isak setiawan).

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*